@media.kompasiana.com. Sungguh menyedihkan ketika media sosial membuat orang
menjadi berselisih paham dan tak jarang berakhir dengan permusuhan.
Lihat para selebritis yang saling berkicau di twitter, dan tak jarang
kicauannya membuat saling sindir satu dengan yang lain. Saling bantah
membantah, saling caci memaki. Seolah beranggap yang paling benar.
Tak ada yang salah dengan media sosial, yang salah adalah orang yang
menggunakannya. Ketika masuk dalam jejaring sosial, mau tak mau akan
melibatkan lebih dari dua orang yang sedang berkonflik. Ketika mau
menulis entah itu di facebook ataupun twitter, pikir-pikir dulu, apakah
kata-kata itu akan menyakiti orang lainkah? Apa yang sudah terlanjur
tertulis ketika sudah dibaca oleh orang lain, pasti akan membekas di
hati, walaupun kata-kata tersebut telah terhapus. Namanya jejaring
sosial, otomatis masalah kecilpun akan terus menyebar dari orang satu ke
orang yang lainnya. Masalah yang sepelepun bisa menjadi semakin runyam
jika tak secepatnya terselesaikan.
Konflik yang timbul dijejaring sosial bak penyakit gatal. Maunya terus
garuk mengaruk tak ada henti-hentinya. Orang yang satu lalu menggaruk
teman yang lainnya. Orang yang lainnya pun akan mengaruk temannya.
Begitu seterusnya hingga konflik yang sebenarnya kecil menjadi semakin
lama semakin membesar. Tak dipungkiri teman-teman di jejaring sosial
adalah teman-teman yang sering dijumpai pula dalam kehidupan
sehari-hari. Pasti dukung mendukung tanpa disadari akan terjadi.
Berkonflik di jejaring sosial merupakan sebuah hal yang memalukan dan
tak jantan. Saling membenarkan diri, saling tunjuk kesalahan lewat
kata-kata di jejaring sosial apa maksudnya? Konflik lewat jejaring
sosial mengajarkan orang untuk tidak gentleman, mengajarkan menjadi
pengecut. Terlebih orang-orang yang ikut nimbrung memberi komentar
dukungan ataupun cacian, merekapun bak pengecut yang menari diatas air
keruh. Tak membuat air menjadi jernih malah membuat semakin keruh.
Pengecut karena tak berani berkata langsung ketika bertemu.
Konflik secara pribadi hampir setiap orang mengalami. Namun setiap
pribadi tak mampu mengalami bagaimana menyelesaikan konflik dengan
jantan. Mendatangi dan utarakanlah kata maaf, walaupun belum tentu
salah. Jika konflik melibatkan organisasi atau kelompok buatlah forum
pertemuan, utarakan kesalah pahaman yang terjadi. Dalam forum inilah
orang dapat memberi masukan, memberi evaluasi, memberi dukungan, memberi
kekuatan, memberi maaf dan memberi semangat untuk melangkah kedepan.
"Janganlah menjadikan jejaring sosial sebagai ajang membuat konflik, kalau tak ingin disebut pengecut."
0 Komentar